25 C
Medan
Selasa, 17 Juni 2025
Beranda blog

Belajar Berbagi Perasaan ; Rasa Empati Anak Usia 4-5 Tahun – oleh Ms Reni Kumalasari

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dialami orang lain. Empati juga dapat diartikan sebagai kesadaran mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Empati merupakan sikap yang baik dan seharusnya dimiliki oleh seseorang. Orang yang memiliki sifat empati biasanya lebih peka dan peduli pada orang-orang di sekitarnya.

Menurut Rahmah (2012) saat menginjak 4 tahun minat anak terhadap teman-teman sebayanya mulai berkembang. Anak kini tidak lagi hanya bermain dengan sang ibu atau keluarganya dirumah, mereka mulai mengenal teman sebayanya, minat atau keinginan untuk memiliki teman kini mulai berkembang bahkan sudah mampu memilih siapa teman dekatnya. Kemampuan sosialisasi anak semakin meningkat meskipun masih dalam taraf yang sederhana, anak kini mulai dapat merasakan apa yang dirasakan oleh temannya atau dengan kata lain mulai dapat berempati. Saat ada temannya menangis karena terjatuh, anak berusaha menolong dengan cara menemaninya atau mengantarnya pulang, meniup luka temannya atau coba menenangkan tangisan temannya. Selain itu, kegiatan bermain bersama teman sebaya juga menjadi momen penting bagi anak untuk belajar memahami perasaan orang lain. Misalnya, ketika seorang temen jatuh dan menangis, anak-anak usia 4-5 tahun mulai menunjukkan perhatian dengan mendekati dan bertanya “kamu kenapa?, apanya yang sakit?” lalu melaporkan hal tersebut kepada guru agar temannya dicek dan diberi obat.

Sikap empati itu sangat penting bagi kemampuan interaksi anak dengan orang banyak. Dengan anak dilatih bersikap empati, maka anak akan mampu untuk memahami perasaan orang lain, menerima sudut pandang orang lain, serta menghargai berbagai perbedaan dalam cara memahami perasaan orang lain terhadap suatu permasalahan. Proses perkembangan empati pada anak usia 4-5 tahun sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, terutama keluarga dan teman sebaya. Ketika anak melihat contoh nyata bagaimana orang tua atau pengasuh mereka berinteraksi dengan penuh perhatian kepada orang lain, anak akan lebih mudah meniru sikap tersebut.

Namun, meskipun empati mulai muncul pada anak usia ini, anak-anak masih cenderung lebih fokus pada diri mereka sendiri dan memiliki pemahaman yang terbatas tentang perasaan orang lain. Mereka mungkin merasa kesulitan untuk melihat suatu situasi dari sudut pandang orang lain dan lebih sering bereaksi berdasarkan bagaimana perasaan mereka sendiri. Sebagai contoh, anak yang merasa lapar mungkin tidak langsung menyadari bahwa temannya juga merasa lapar atau sedang membutuhkan perhatian. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk memberi arahan dan membimbing anak-anak dalam memahami emosi dan kebutuhan orang lain.

Melalui penerapan yang konsisten, kemampuan empati anak usia 4-5 tahun akan semakin berkembang. Memberikan pujian ketika mereka menunjukkan perhatian terhadap orang lain, atau membantu mereka mengidentifikasi perasaan dalam situasi tertentu, dapat memperkuat pemahaman mereka tentang pentingnya berbagi perhatian dan kasih sayang. Dengan bimbingan yang tepat, anak-anak pada usia ini dapat mulai belajar untuk lebih peka terhadap perasaan orang lain, membangun dasar yang kuat untuk hubungan sosial yang sehat di masa depan. Secara keseluruhan, meskipun empati pada anak usia 4-5 tahun masih dalam tahap perkembangan, ini adalah periode penting dalam pembentukan karakter sosial mereka. Dengan pembelajaran yang dilakukan secara berkesinambungan, anak-anak akan lebih siap untuk menunjukkan empati secara lebih mendalam dan relevan dalam interaksi mereka di berbagai situasi kehidupan.

Saat ini, saya melihat rasa empati anak-anak di usia mereka semakin berkembang. Hal ini terlihat dari seorang anak bernama Ammar, yang selalu mengingatkan apabila ada barang temannya yang tertinggal atau terletak tidak pada tempatnya. Bahkan, ia lebih memilih untuk meletakkan barang tersebut sesuai dengan tempatnya daripada harus memanggil temannya untuk meletakkannya sendiri.

Saya secara pribadi pun sering mendapatkan empati dari mereka. Pernah suatu waktu, saya dicubit oleh salah satu anak yang sedang merasa kesal dengan temannya. Saya mencoba menenangkan anak tersebut dengan mengajaknya menjauh dari teman-temannya dan mendengarkan cerita kesalnya saat itu. Ketika bercerita, rasa kesal itu kembali muncul pada sang anak, dan spontan ia mencubit tangan saya dengan tenaga yang cukup ekstra. Saat itu, saya mengeluarkan ekspresi dengan pura-pura menangis di depan sang anak, dan ia hanya terdiam. Sedangkan, dari kejauhan muncul anak lain bernama Nuno yang berjalan menuju saya. Ia bertanya, “Ms, mana yang sakit?” sambil mengecek tangan saya yang memerah karena cubitan tersebut. Siapa sangka, ia meniup tangan saya dengan ekspresi khawatir saat melihat tangan saya yang memerah itu. Manis sekali, anak berusia 4 tahun memberikan rasa empati kepada orang dewasa.

Sikap empati seperti ini tentunya berperan penting dalam perkembangan sosial anak-anak, karena mereka mulai belajar memahami perasaan orang lain dan bertindak dengan penuh perhatian. Apalagi, reaksi spontan Nuno yang menenangkan saya menunjukkan bahwa mereka dapat merasakan dan merespons rasa sakit atau ketidaknyamanan orang lain.

Melihat rasa empati mereka yang muncul dengan signifikan, memberi kesadaran kepada saya untuk turut andil dalam perkembangan tersebut. Saat ini, saya selalu melibatkan mereka dalam banyak hal. Misalnya, ketika ada teman yang tidak mau mengikuti kegiatan pembelajaran, anak yang lain saya arahkan untuk mengajak temannya duduk dan mengikuti pembelajaran. Dari sikap tersebut, saya dapat melihat bahwa anak-anak yang diberi rasa empati langsung dari teman sebaya mereka lebih senang dan merasa diperhatikan oleh teman-temannya, sehingga mereka langsung mau melakukan hal yang sebelumnya tidak mau mereka lakukan.

Rasa empati anak usia 4-5 tahun memberikan dampak besar sekaligus jawaban dari permasalahan saya belakangan ini. Saya merasa kesulitan saat menghadapi salah satu anak yang tidak pernah mau ikut berdoa pagi sebelum memulai pembelajaran. Ia lebih memilih berkeliling kelas atau mengelilingi teman-temannya yang sedang berdoa daripada harus ikut berdoa. Berbagai kesepakatan telah saya berikan kepada anak tersebut. Misalnya, saya berkata, “Kakak, ayo kita berdoa,” namun jawabannya selalu spontan seperti biasanya, “Nanti ajalah, Ms.” Ketika saya terus mengajaknya, ia akan marah dan berteriak. Kesepakatan lainnya yang pernah saya tawarkan “Kakak, ayo berdoa. Ms bawa brownies, nanti Ms berbagi ke kakak setelah berdoa.” Namun, jawabannya selalu diluar harapan saya, “Tidak mau, Ms, banyak gulanya nanti.” Entah darimana jawaban-jawaban tersebut ia dapatkan, namun jawaban spontan anak tersebut beberapa kali membuat saya kehilangan harapan untuk membuatnya konsisten ikut berdoa sebelum memulai pembelajaran.

Seperti biasanya, kali ini anak tersebut tidak mau ikut berdoa dan tetap asyik bermain ayunan di taman bermain sekolah. Pagi itu, saya sangat ingin melihat semua anak berdoa, hingga terlintas di benak saya untuk mengajukan pertanyaan, “Siapa yang mau mengajak (nama anak) berdoa?” Dengan semangat yang berasal dari anak-anak usia 4-5 tahun, mereka langsung menjawab, “Saya, Ms… Saya, Ms… Saya, Ms!” Semua anak pun menunjuk tangan. “Oke, teman-teman, boleh hampiri dan ajak temannya berdoa ya. Lakukan dengan lembut ya, teman-teman,” saya mencoba mengarahkan anak-anak tersebut. Dan, yap, cara itu berhasil! Anak yang sebelumnya tidak mau ikut berdoa, dengan ajakan baik dari teman-temannya, langsung duduk dan ikut melafalkan doa dari awal sampai akhir.

Rasa empati yang muncul dari anak usia 4-5 tahun ternyata memberikan solusi terbaik dari rasa cemas saya saat ini. Sejak hari itu, saya selalu mengarahkan mereka untuk mengingatkan teman-temannya dengan cara yang baik. Rasa empati tersebut sekarang muncul lebih sering dibandingkan tiga bulan sebelumnya. Bahkan, ketika kegiatan di luar lingkungan sekolah, kemampuan mereka untuk mengingatkan teman-temannya dengan rasa empati dilakukan dengan sangat baik.

Rasa empati pada anak usia 4-5 tahun memberikan dampak positif yang sangat signifikan dalam perkembangan sosial dan emosional mereka. Empati yang mereka tunjukkan dapat mempererat hubungan persahabatan, membantu mereka berinteraksi dengan lebih baik, dan mengurangi konflik di antara teman sebaya. Selain itu, anak-anak yang memiliki rasa empati cenderung lebih mudah diajak bekerja sama dan lebih perhatian terhadap kebutuhan orang lain. Dengan berkembangnya empati sejak dini, mereka belajar nilai-nilai kebaikan, tolong-menolong, dan menghargai perasaan orang lain, yang sangat penting bagi pembentukan karakter positif di masa depan.

Dear Students: Belajar Bahasa Asing Tidak Membuat Kita Asing – oleh Ms Wilda

Bahasa Inggris adalah salah satu bahasa asing yang dianggap penting, yang harus dikuasai karena bahasa Inggris memiliki kedudukan sangat strategis, yaitu selain alat komunikasi juga sebagai bahasa pergaulan. Bahasa pergaulan ini sudah menyebar tidak hanya di kota anak Jaksel namun dari anak-anak sampai dewasa tanpa disengaja sudah menggunakannya. Selain itu bahasa Inggris juga merupakan bahasa asing pertama yang dianggap penting untuk tujuan pengaksesan informasi, penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya. Dengan bahasa Inggris mereka mempunyai pengetahuan dasar untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Karena itu salah satu kurikulum smp sail ialah kurikulum internasional.

Pembelajaran bahasa Inggris bagi sebagian orang mudah, bagi sebagian lainnya menganggap sulit. Hal ini yang menjadi tantangan bagi pengajar bahasa Inggris seperti saya dalam mengajarkan siswa cara menulis dan membaca bahasa Inggris. Tulisan dan pengejaan yang berbeda membuat siswa bingung dan menganggap bahasa Inggris menjadi hal yang sulit. “Sifat bahasa adalah selalu dituturkan maka dari itu jangan pernah lelah untuk berbicara dengan bahasa Inggris” ucap saya setiap mengajar. Sebagai pengajar tentunya memiliki harapan besar dalam peningkatan bahasa Inggris bagi siswa. Program berbahasa Inggris dimulai hari Rabu, Kamis, dan Jum’at. Di bawah pepohonan yang rindang siswa siswi berbaris dengan rapi. Membawa buku notes kecil dengan berbagai corak, warna dan ukuran. Barisan membentuk pola U terlihat manis di halaman sekolah berhadapan dengan tembok tinggi yang menjulang tinggi. Mereka juga didampingi Ms dan Mr di belakang. Pada hari tersebut banyak momen-momen lucu, menegangkan, dan penuh tawa. Momen yang tidak pernah luput dari perhatian ialah saat tampil di depan teman-teman untuk sekedar membaca dan mengulangi kosa kata yang diberikan. Hanya satu menit namun cukup mendebarkan bagi mereka. Kemudian sekelompok siswa yang antusias untuk menulis kosa kata baru dan mengucapkannya hingga tepat. Kemudian sekelompok siswa yang terlihat malu tapi dia bisa dalam pengucapan dan terjemahan. Siswa yang bersembunyi agar tidak dipanggil untuk tampil. Banyak variasi tetap jadi versi terbaik mereka dalam belajar, sabar dan gigih menjadi kunci utama. Sangat menyenangkan melihat mereka mau belajar dan saling mendukung teman.

Belajar bahasa Inggris mengajarkan mereka arti ketelitian, kepercayaan diri, dan tingginya rasa ingin tahu seperti belajar Translation mereka harus menerjemahkan sebuah teks ke dalam bahasa. Mereka dituntut untuk teliti dalam menerjemahkan dari satu kata ke kata yang lainnya. Mereka juga dituntut untuk percaya diri dalam melafalkan kata bahasa Inggris terlepas salah atau benar, karena memulai bahasa Inggris membutuhkan usaha yang cukup keras bagi mereka. Satu hal unik lagi saat mereka mencoba untuk berbahasa Inggris satu kalimat ialah anggapan merasa asing dengan temannya. Siswa- siswi yang berbicara dengan bahasa Inggris dianggap si paling Inggris. Seharusnya menjadi latihan untuk bisa berkomunikasi dengan baik. Bahkan wawancara yang saya lakukan dengan beberapa siswa mengenai kendala yang meraka hadapi saat belajar bahasa Inggris. Mereka menjawab ”sebenarnya kami paham Ms apa yang Ms ucapkan hanya saja kami bingung cara menjawabnya” jawaban tersebut cukup membuat saya tersenyum dengan lebar. Maka dari itu penting untuk pengajar membangkitkan motivasi mereka untuk belajar bahasa Inggris. Tidak mudah namun tidak menutup kemungkinan mereka akan terus belajar dan bertumbuh serta mengeksplor bahasa Inggris. Menumbuhkan minat dan bakat meraka dalam berbahasa adalah PR yang cukup menantang. Dengan metode dan media yang menarik. Kami sadar tujuan pembelajaran bahasa Inggris ialah membuat siswa merasa berkompeten dan percaya diri dalam belajar bahasa Inggris, menyediakan linhkungan pembelajaran yang aman, bersifat menghibur, rekreatif dan mendidik, dan menciptakan pembelajar bahasa Inggris dalam jangka panjang.

Salah satu tindak lanjut yang saya terapkan ialah memberikan ice breaking sebelum memulai pelajaran sangat berpengaruh. Mereka jadi lebih fokus dan bersemangat saat di jam rawan. Memberikan games yang menantang dan menarik. Pembelajaran berbasis game baik online dan offline. Melihat respon yang berbeda-beda dalam bahasa Inggris mengingatkan kembali mulai tertarik dengan bahasa Inggris. Saat duduk di bangku kelas 4 SD. Masih terekam jelas dalam ingatan Ms yang mengajarkan bahasa Inggris dengan semangat dan interaktif. Peran guru sangat mempengaruhi interest siswa. Setiap anak punya cara yang bervariasi dalam belajar. Satu kelas memiliki kemampan yang berbeda-beda. Tentunya pembelajaran bahasa Inggris dapat disesuaikan dengan gaya belajar anak.

Masih berkaitan dengan bahasa Inggris yaitu klub bahasa Inggris yang dilaksanakan pada hari Jumat. Pembelajaran bahasa Inggris di klub bahasa memusatkan pada praktek langsung. Suasana yang nyaman dan sejuk menambah semangat mereka untuk berlomba-lomba jadi yang terbaik di kelas. Interaksi di kelas menggunakan bahasa Inggris. Kalimat “boleh ribut di kelas asal pakai bahasa Inggris” terucap. Seketika suasana kelas hening sejenak lalu mulai ada seorang yang memulai dan ditanggapi oleh temannya dengan bahasa Inggris. Untuk kemampuan siswa dalam klub cukup seimbang. Siswa yang di tingkat low dan intermediate. Penting untuk mengajak mereka dalam tutor sebaya Saling mendengarkan dan memberi ide. Menurut saya semua siswa istimewa tinggal lagi bagaimana kita memperhatikan mereka, menangkap sinyal yang mereka berikan, peka akan keinginan mereka dalam belajar. Khususnya belajar bahasa asing. Bahasa asing tidak membuat asing maksudnya tidak berpikir bahwa kamu akan ditertawakan kalau salah, kamu akan dijauhi jika berbahasa Inggris. Bahasa Inggris mempersulit komunikasi, tidak memahami maksud pembicaraan justru dari lingkungan sekolah kamu dibiasakan untuk mempelajari lebih dari satu bahasa sebagai bekal meraih masa depan yang gemilang. Saya pernah membaca satu quote “ mengajar bukan tentang apa yang kamu sampaikan tetapi tentang apa yang siswa pahami dari mu”. Menurut Cameron ( 2010: 20) anak belajar bahasa asing tergantung pada apa yang mereka alami. Sehubungan dengan pernyataan tersebut pelajar akan tertarik dengan pelajaran apapun termasuk bahasa Inggris jika berkaitan dengan mereka dan mereka merasa butuh dengan pelajaran. Sebagai pengajar penting untuk mengaitkan bahasa Inggris dengan aktifitas sehari-hari. Contoh saat siswa bermain game bahasa yang dipakai sebagian besar menggunakan bahasa Inggris. Mereka tentu memahami aturan pada game. Mempelajari bahasa Inggris tidak serta merta meniru gaya hidup yang tidak sesuai dengan budaya kita. Banyak hal-hal yang mempengaruhi siswa- siswi jika kita tidak dampingi. Pelajari bahasa asing seperti bahasa Inggris diperbolehkan namun tetap menjadi pelajar yang mengedepankan adab.

Adab menuntut ilmu, adab kepada orang tua, adab kepada guru. Kelak mereka menjadi orang suskses, mahir di bidang dan bakatnya masing-masing. Keterampilan bahasa Inggris menjadi soft skill yang perlu dilatih semenjak dini.

Andai ini Ramadan Terakhirku – oleh Ms Lia

Bagi umat islam, bulan Ramadan adalah salah satu bulan yang istimewa dan bulan yang dirindukan. Tak jarang kita lihat, setiap daerah pasti mempunyai tradisi sendiri dalam menyambut bulan istimewa. Aku pun teringat dengan masa kecilku, dimana setiap menjelang bulan Ramadan pasti orangtuaku akan merebus air yang dicampur daun pandan, dan masih terniang dalam ingatanku mamakku (sapaan untuk Ibuku) berkata:

Mamak : Kak (panggilanku di keluargaku) tolong carikan pandan ya?
Aku : Oke mak

Aku bersama teman-temanku pun mencari pandan, kemudian pandan yang sudah kucari pun kubawa pulang. Kemudian Ibuku merebusnya dan memandikannya untuk kami anak-anaknya. Dahulu Aku tidak tahu apa manfaat ketika selesai dari mandi daun rebusan pandan tersebut. Yang kutahu setelah mandi air tersebut tubuhku menjadi wangi. Ternyata setelah aku menikah dan aku menetap di Medan, saat menjelang Ramadan kulihat dipasar banyak sekali orang yang menjual ramuan tersebut yang terdiri dari beberapa ramuan lain. Dan aku baru tahu ternyata namanya adalah pangir. Konon katanya tradisi ini ternyata bertujuan untu menyucikan diri menjelang perayaan Ramadan. Setiap daerah memiliki tradisi masing-masing dalam menyambut bulan suci Ramadan seperti:

1.Punggahan, yang merupakan tradisi memberikan sedekah atau syukuran menjelang Ramadan.
Biasanya tradisi ini dilakukan oleh masyarakat suku Jawa.
2.Meugang, yang merupakan tradisi makan daging sapi yang dilakukan oleh masyarakat Aceh
3.Malamang, tradisi membuat lemang, yang biasa dilakukan oleh suku Padang.

Aku pun akan menularkan tradisi-tradisi baik kepada anak-anakku supaya mereka semangat menyambut bulan suci Ramadan, dan menyiapkan hal-hal yang akan menjadi target Ramadanku dan keluargaku di tahun ini. Kenapa aku berkata seperti itu? Karena aku menginginkan Ramadan tahun ini lebih baik dari tahun semalam. Aku pun teringat beberapa musibah yang silih berganti terjadi ditahun lalu. Diawali dengan awal Ramadan yang kedua anak harus dirawat di rumah sakit. Sehingga harus melewati beberapa Ramadan di rumah sakit kemudian suami yang berulang kali sakit sampai Idul fitri. Ya Allah, rasanya ingin menangis tapi Aku adalah satu-satunya kekuatan bagi mereka saat itu. Ternyata Allah itu Maha Baik, dan Aku menyakini jika kita berbuat kebaikan kepada orang lain, insya Allah orang akan berbuat baik kepada kita. Aku teringat kata-kata murabbiku (sebutan untuk guru ngajiku) saat Aku masih kuliah “perbuatan baik sekecil apapun yang ketika kita melakukan secara ikhlas insya Allah akan menimbulkan keberkahan yang lain.” Dan keberkahan yang kudapat pun silih berganti saat itu, disaat mengalami kesusahan ternyata Allah menghadirkan banyak pertolongan saat itu.

Aku pun ingin menghadirkan Ramadan tahun ini lebih baik dari tahun lalu, bukan hanya untuk diriku tetapi untuk keluargaku. Karena bisa jadi Ramadan kali ini adalah Ramadan terakhir bagiku. Oleh karena itu Aku akan berbagi tips, supaya Ramadan kali ini bisa lebih baik dan ibadah bisa maksimal, karena ternyata banyak sekali keistimewaan di bulan Ramadan, diantaranya yatu:

1.Malam diturunannya Al Qur’an
2.Hadirnya malam lailatul qadar
3.Ditutupnya pintu neraka, dibukanya pintu surga
4.Amalan akan dilipatgandakan pahalanya
5.Bulan pengampunan
6.Waktu mustajab terabahnya do’a

Masya Allah, begitu banyak keistimewaan yang ada di bulan Ramadan. Aku pun tidak ingin melewati bulan ini dengan sia-sia, oleh karena itu aku mempunyai tips untuk mengisi Ramadan semakin bermakna :

1.Niat yang kuat, pastinya kita harus mempersiapkan mental kita sebelum berpuasa. Segala sesuatu itu harus dimulai dengan niat. Insya Allah kalau niat kita sudah kuat akan dilancarkan selama menjalankan ibadah puasa.

2.Buatlah target Ramadan untuk pribadi atau jika sudah berkeluarga buat target Ramadan bersama keluarga, misalnya : selama Ramadan sholat di 20 Masjid yang berbeda. Target ini bisa berupa Ibadah, kegiatan keluarga atau yang lainnya. Nah ini bisa didiskusikan sebelum Ramadan ya minimal 5-3 hari sebelum Ramadan.

3.Mengingat Ramadan kita harus bertempur mengendalikan hawa nafsu olehkarena itu kita harus menyiapkan alat tempurnya seperti : menyiapkan suplemen selama berpuasa, suplemen bisa berupa kurma, madu, habbatussauda, vitamin c atau yang lainnya. Nah yang ini disesuaikan dengan kebutuhan diri kita masing-masing.

4.Untuk yang berkeluarga sudah bisa ini buat meal plan untuk sahur dan berbuka. Atau sudah bisa menyiapkan food preparation di kulkas sehingga stok makanan untuk sahur dan berbuka sudah aman.

5.Nah yang terakhir supaya Ramadan kita lebih baik, kita bisa menyiapkan jurnal Ramadan yang kita isi selama Ramadan. Jurnal ini pastinya akan mengawal ibadah harian kita selama bulan Ramadan.

Bismillah insya Allah dengan menjalankan tips diatas, Ramadhan kita semakin bermakna. Karena bisa jadi Ramadan kali ini adalah Ramadan terakhir kita. Jadi persiapkan diri kita untuk menyambut bulan suci Ramadan. Aku pun akan menjadikan Ramadan tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

Medan, 21 Februari 2025

Tahun Pertama Menjadi Guru Islmaika – oleh Ms Aulia

Tahun Pertama Menjadi Guru Islamika,

“Ul, kamu tahun ajaran depan gabung ke SMP, ya”

Sejak mendengar kalimat itu, terlintas beberapa kekhawatiran. Menjadi guru SD tidak mudah, apalagi menjadi guru SMP. Sepertinya butuh effort. Effort yang lebih dari sekedar mengawal adab siswa, namun effort masuk ke dunia remaja dan menjadi remaja, serta mengenal batas guru-siswa. Di sisi lain, ini adalah tantangan baru dalam hidup saya yang membuat saya antusias. Kapanlagi mendapat wadah untuk mencoba selagi masih tweenty’s. Sebelum melanjutkan pilihan, ridha kedua orangtua adalah prioritas saya. Allah meridhoi dan orangtua saya juga meridhoi, bismillah saya setuju menjadi bagian dari tim SMP.

Sejak dua tahun lalu saya menjadi guru SD, guru SMP lebih akrab di pikiran saya dengan sebutan tim: jumlah mereka terbatas, terlihat kompak dan layaknya tim yang mendirikan proyek bersama. Terlihat lebih fleksibel namun saat itu saya tidak tertarik. Mengkaji ulang bahwa tahun ajaran depan saya akan menjadi bagian dari tim itu, saya mulai menata diri.

Tim SMP terbentuk setelah melalui RKT dan segala bentuk rapat yang panjang. Dengan jumlah guru yang saat itu hanya 6, kami memilih dan memilah jobdesk, terutama guru mata pelajaran. Dengan penampilan saya saat ini, memang meyakinkan semua orang untuk ikut andil menjadi guru islamika. Namun, itu hanya penilaian luar mereka saja. Jauh dalam diri saya, masa remaja saat ini dikelilingi dengan hingar bingar informasi yang mengubah akidah. Bahkan tak jarang, itu menjadi trending topik. Pikiran kalut dan kacau mulai datang: “gimana, ya, jadi guru islamika yang gak menekan namun menyadarkan?” “Nanti juga bisa, lihat ombaknya dulu.” Pertanyaan dan pernyataan terus mengusik sebelum hari H pembelajaran.

Tibalah hari H pembelajaran. Islamika dimulai dari materi tauhid rububiyah: mengajarkan dan melihat bukti sekeliling bahwa pencipta hanyalah satu. Sekilas, terlihat mudah. Namun yang ‘diperangi’ bukanlah mempercayai bahwa tuhan hanya ada satu, tetapi bagaimana praktisi tuhan hanya satu itu terlaksana dalam perilaku mereka. Dewasa ini, mempercayai tuhan hanya satu sudah menjadi hal yang pasti, namun beberapa penerapan tidak seperti itu. Contohnya sebagian masyarakat masih merasa perlu mengucapkan salam saat berada di tengah hutan dengan pohon yang tinggi. “Permisi, ya, aku numpang lewat aja. Jangan ganggu, ya” Bukan kita yang memulai hal ini, namun sebagian dari kita masih melakukannya. Saya membawakan hal ini sebagai contoh dalam penerapan tauhid rububiyah, dan ternyata benar, tidak hanya satu siswa yang mengatakan mereka pernah melakukannya, namun hampir 10 dari 20 siswa yang mana 10 lainnya bisa jadi merasa telah diwakilkan. Inilah PR saya selaku guru islamika. Beberapa contoh lain juga saya bawakan, seperti tragedi di Palu yang berawal dari perilaku warga setempat menghidangkan makanan bagi laut agar laut tidak marah dan selalu menyediakan makanan bagi mereka. Kemarahan Allah pun datang, bencana terjadi dengan catatan peristiwa relawan yang tidak mudah mendatangi lokasi kejadian. Hal yang sama terjadi di area lombok, saat para penduduknya tidak berusaha mengingatkan pendatang untuk tidak melakukan seks bebas di area terbuka, bencana Allah pun datang dan warga kesulitan mendapat pangan dan pakan dalam kurun waktu dua minggu pasca bencana.

Diskusi dan pertanyaan pun mengalir dengan seru, beragam pertanyaan menarik yang berisi pembenaran atau kesalahan atas hal yang telah dilakukan menjadi topik seru untuk didengar. Tak jarang, sebagian mereka ikut menjawab. Terbitlah pertanyaan mengenai khodam. Yah, hal itu sangat tenar belakangan ini; masuk ke siaran langsung orang tertentu untuk melakukan pengecekan mengenai khodam. Khodam dikenal sebagai penjaga yang berbentuk gaib, bisa jadi hewan atau jin. Tak jarang, khodam berasal dari benda-benda aneh; sendal jepit, kaos kaki, gayung, dan lain sebagainya. Aneh sekali. Lebih anehnya lagi, tidak sedikit yang mempercayainya. Bagaimana lah sendal jepit atau kaos kaki dapat menjaga dari marabahaya? Naudzubillah. Namun, bukan itu topik utamanya.

Sekilas, jika disebut menyembah patung atau berhala sangatlah syirik, lain dengan khodam , tidak disebut syirik oleh sebagian masyarakat. Padahal, ia satu jenis: mempercayai adanya pencipta selain Allah. Jika saya menjelaskan dengan cara ‘masa’ kaos kaki bisa ngelindungi kamu, bang’, kemungkinan pertanyaan berikutnya tentang khodam singa atau harimau yang memang cenderung lebih dipercaya bisa melindungi dibandingkan kaos kaki atau sandal jepit. Bukan, sesungguhnya bukan ini. Poin pentingnya adalah mempercayai adanya pelindung selain Allah. Jika mempercayai Allah sebagai satu-satunya tuhan, sudah sepantasnya kita berharap perlindungan kepada tuhan kita, Allah semata. Layaknya percaya kepada seorang teman, dia akan merasa dikhianati saat temannya meminta bantuan kepada teman lain disaat teman tersebut dapat membantunya. Layaknya anak dan orangtua, disaat orangtua mampu memberinya rumah namun ia memilih rumah keluarga lain. Permisalan tersebut alhamdulillah dapat diterima dan menjadi penutup kelas hari itu. Sesaat hendak menutup kelas, salah seorang siswa bertanya, “Ms, dari tadi bahas Allah, Allah itu dimana-mana ya Ms?” Wah, seru banget pertanyaannya bang. Tapi waktu Ms habis, kita lanjutkan pertemuan berikutnya, ya.” Sayang sekali, pertanyaan ini memang membuka ruang kejelasan tauhid rububiyah kedepannya.

Hari berlalu, materi islamika di tingkat berikutnya masih seputar akidah: materi Wala dan Bara’. Tak sering memang pembelajaran ini disampaikan, namun nyatanya ini sangat diperlukan. Setelah penyampaian materi Wala dan Bara’, tersebar info bahwa imam masjid istiqlal mencium kepala paus yang datang ke Indonesia. “Pas banget”, ucapku tengah malam itu sembari melihat cuitan di twitter. Contoh wala’ dan bara yang sudah saya berikan diantaranya sifat mudahanah dan mudarah. Mudahanah adalah sifat berpura-pura untuk kepentingan pribadi. Seperti contoh tidak menggunakan jilbab agar diterima oleh masyarakat banyak, menghalalkan khamar saat pesta agar tidak disebut si cupu, dan sebagainya. Mudarah adalah berlemah-lembut. Menolak ajakan yang tidak diperbolehkan dengan tutur kata yang lembut. Seperti saat diajak merokok atau pacaran atau HTS-an. Topik HTS ini yang menggelitik mereka. Ada yang mencari pandangan, ada yang menghindari pandangan. Rasanya ingin menggali lebih dalam, namun ini adalah pertemuan pertama. Menghindari menjadi guru yang saklek, saya memilih menasehati dengan lembut. Pembahasan pun beralih ke topik hubungan tanpa status. Mulai dari alasan kenapa itu dilarang, chatting dengan lawan jenis sampai sejauh mana sih batasannya, hingga persoalan seputar tarian tik tok (entah bagaimana topik ini keluar dengan sendirinya) kami bincangkan. Pembelajaran berlangsung diskusi hingga akhir waktu.

Ternyata, akhir-akhir ini saya menyadari mereka menyukai pembelajaran dengan tema diskusi, entah itu menyangkut pembelajaran saat itu ataupun masalah yang sedang terjadi dan trending di platform media sosial. Saya kembali mengingatkan diri saya sendiri, terkadang pembahasan yang mereka angkat berisi keingintahuan mereka tentang ajaran islam didalamnya namun terkadang (saya berpendapat) juga sebagai bentuk peralihan pembelajaran yang akan disampaikan. Cerdas dan cerdik memang.

Need Service? Call Us
Kirim Pesan
Hallo... ada yang bisa kami bantu?
Pelayanan SAIL
Halo,
ada yang bisa kami bantu?