Menjadi seorang teman untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) adalahpengalaman pertama bagi saya dan tentu nya menjadi sebuah tantangan besar. Sayayang tidak memiliki bekal banyak memberanikan diri masuk ke dalam dunia yangsebelumnya tidak pernah terlintas ada didalam pikiran saya. Bekerja di instansipendidikan juga hal yang sangat baru bagi saya, tentunya membutuhkan waktu untuksaya dapat beradaptasi di lingkungan baru yang luar biasa ini. Pengalaman ini bukanhanya tentang mengajar materi pelajaran, tetapi juga memberikan dukunganemosional, membimbing keterampilan sosial, serta membantu mereka menemukanrasa percaya diri dan kemandirian.
Tantangan dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus seringkalimemerlukan pendekatan yang berbeda dibandingkan dengan anak-anak padaumumnya, dan hal itu menjadi tantangan terbesar bagi saya. Pada awalnya, sayamerasa kesulitan untuk menemukan metode pendekatan yang tepat. Saya harusmencari cara untuk menjaga agar ia tetap terlibat dalam kegiatan belajar, tanpamembuat mereka merasa kewalahan.
Namun, tantangan ini juga mengajarkan saya banyak hal tentang rasa sabardalam pendekatan tersebut. Saya belajar untuk lebih fleksibel dan tidak takut mencobaberbagai metode hingga menemukan pendekatan yang paling efektif. Setiappencapaian kecil dari nya, seperti saat ia berhasil menyelesaikan tugas atauberinteraksi dengan baik merupakan hal besar yang membuat saya senang ketikamelihatnya.
Pendekatan yang bersifat individual ternyata sangat efektif untuk anakberkebuhan khusus (ABK), selain itu saya juga menyadari betapa pentingnya peranorang tua dalam mendukung perkembangan anak. Dalam beberapa kasus, komunikasiyang intensif antara saya dan orang tua sangat membantu. Orang tua seringmemberikan pengetahuan tentang kebiasaan, preferensi, dan tantangan yang dihadapianak di rumah. Ini memungkinkan saya untuk menyesuaikan pendekatan dengan lebihbaik. Kolaborasi yang erat dengan orang tua juga memberikan rasa dukungan yanglebih besar bagi anak, karena mereka tau bahwa mereka tidak menghadapi tantanganini sendirian.
Mengembangkan keterampilan sosial dan emosional mendampingin ABKbukan hanya tentang memberi pengetahuan, tetapi juga tentang membantu merekamengembangkan keterampilan sosial dan emosional. Salah satu hal yang sering sayahadapi adalah kesulitan ABK dalam berinteraksi dengan teman sebaya. Untukmembantu mereka, saya melibatkan anak dalam kegiatan yang bersifat kerja sama,seperti permainan kelompok atau proyek bersama. Selain itu, saya mengajarkanketerampilan sosial yang lebih mendalam, seperti cara meminta bantuan, berbicaradengan sopan, atau berbagi dengan teman. Meskipun kadang-kadang proses inimemakan waktu dan kesabaran, saya merasa sangat senang ketika melihat kemajuandalam interaksi sosial nya. Lingkungan baru ini memberi saya pelajaran yang luarbiasa. Saya belajar banyak tentang kesabaran, empati, dan pentingnya menerimasetiap individu dengan segala perbedaan dan keterbatasannya.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) pada usia 14 tahun memasuki tahapperkembangan yang sangat krusial. Di usia ini, mereka berada pada fase akhir daripendidikan menengah pertama dan hampir memasuki tingkat pendidikan menengahatas. Sebagai remaja, mereka mengalami perubabahan fisik, emosional, dan sosialyang signifikan, yang membawa tentangan tersendiri bagi mereka yang memilikikebutuhan khusus. Oleh karena itu, penting untuk memahami peran dukungan,strategi pembelajaran, serta kesempatan yang harus diberikan kepada anakberkebutuhan khusus untuk berkembang secara optimal.
Perkembangan kognitif dan akademik pada usia ini, anak-anak biasanyamengalami perkembangan koginitif yang lebih matang. Namun, bagi anakberkebutuhan khusus, perkembangan ini mungkin terjadi pada tingkat yang berbeda,tergantung pada jenis dan tingkat kebutuhan khusus yang mereka miliki. BeberapaABK mungkin menghadapi kesulitan dalam hal konsentrasi, pemroses informasi, ataudalam menyelesaikan tugas yang membutuhkan informasi secara kompleks. Selain itu,bagi mereka yang memiliki kesulitan belajar belajar, memberikan waktu ekstra dalammenyelesaikan tugas dan ujian dapat meningkatkan kesempatan mereka untukberhasil dalam dunia akademik. Pendidikan yang lebih inklusif dan berbasis kekuatan(strength-based approach) akan lebih memberdayakan anak untuk terus berkembangdalam lingkungan pendidikan (Smith, 2018).
Pendekatan yang lebih suportif, seperti konseling, pelatihan keterampilansosial, dan kegiatan kelompok yang terstruktur, sangat penting untuk membantu ABKmengembangkan keterampilan sosial yang diperlukan untuk berinteraksi denganlingkungan mereka. Pendidikan yang memberikan ruang bagi pengembanganketerampilan emosional dan sosial akan membantu anak merasa lebih diterima danmampu mengelola perasaan mereka dengan lebih baik.
Pada usia ini, remaja mulai memikirkan masa depan mereka, baik dalam halpendidikan lanjutan maupun dalam pengembangan kemandirian. Untuk anakberkebutuhan khusus, tahap ini menjadi sangat penting untuk mempersiapkan merekamemasuki dunia kerja atau melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.Namun, karena mereka sering menghadapi hambatan tertentu, mereka memerlukandukungan ekstra dalam mencapai tujuan tersebut. Salah satu pendekatan yang efektifadalah dengan memberikan mereka kesempatan untuk berpartisipasi dalam programpengembangan hidup, seperti pelatihan kerja, magang, atau program orientasi karir(National Institute of Child Health and Human Development, 2021).
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan praktis yang dibutuhkandalam dunia kerja, serta memperkuat rasa percaya diri mereka.